Tuesday, December 25, 2012

makalah perbedaan sastrawan angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru

                                                            DAFTAR ISI
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang                                                                                                      2
1.2  Rumusan Masalah                                                                                                 2
1.3  Tujuan                                                                                                                   2

Pembahasan
2.1 Definisi Angkatan Balai Pustaka                                                                          4
2.2 Definisi Angkatan Pujangga Baru                                                                        4
2.3 Perbedaan Balai Pustaka dan Pujangga Baru                                                       5
2.4 Hasil karya masing-masing angkatan                                                                    7
Penutup
3.1 Kesimpulan                                                                                                         11
3.2 Saran                                                                                                                   11
Daftar Rujukan                                                                                                         12











                                                            A. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG  
            Saat ini sastra Indonesia mulai diabaikan oleh masyarakat Indonesia sendiri.Pelajaran tentang sastra Indonesia sering diacuhkan dan dianggap sebelah mata oleh masyarakat muda Indonesia.Padahal, mempelajari sastra itu merupakan hal yang sangat penting karena selain membahas tentang berbagai macam karya sastra, sejarah perkembangan sastra dari masa ke masa juga turut dalam pembahasan.
            Sastra Indonesia sendiri terdiri dari berbagai macam karya sastra seperti syair, prosa dan karangan yang diciptakan sastrawan didalam wilayah Indonesia. Secara luas, sastra Indonesia juga merujuk pada karya sastra yang bahasanya berdasarkan pada akar bahasa Melayu seperti Singapura dan Malaysia.
            Kesusasteraan Indonesia dibagi dalam beberapa bagian, yaitu: Pujangga Lama, Sastra Melayu Lama , Angkatan Balai Pustaka , Pujangga Baru, Angkatan '45, Angkatan 50-an, Angkatan 66-70-an, Dasawarsa 80-an dan Angkatan Reformasi. Dan pada makalah kali ini,saya akan membahas tentang perbedaan sastrawan Angkatan Balai Pustaka dan sastrawan Angkatan ’45. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar).Sedangkan Pujangga Baru muncul dikarenakan bangsa Indonesia khususnya para pengarang secara diam-diam, mendirikan organisasi baru yang diberi nama Pujangga Baru. Nama itu diambil dari nama majalah yang mereka terbitkan pada tanggal 29 Juli 1933.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi Angkatan Balai Pustaka ?
2.Apakah definisi Pujangga Baru itu?
3.Apakah perbedaan antara Angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru ?
4.Seperti apakah hasil karya masing-masing angkatan?

1.3 TUJUAN PENULISAN
1.Untuk mengetahui  definisi Angkatan Balai Pustaka.
2.Untuk mengetahui definisi Angkatan Balai Pustaka.
3.Untuk mengetahui perbedaan antara Angkatan Balai Pustaka dan Angkatan Pujangga Baru.
4.Untuk mengetahui contoh hasil karya masing-masing angkatan.





















                                                     B. PEMBAHASAN

2.1 DEFINSI ANGKATAN BALAI PUSTAKA
Awal mula berkembangnya sastra Indonesia modern adalah dengan berdirinya Komisi Bacaan Rakyat pada tahun 1908 yang selanjutnya lebih populer dengan sebutan Balai Pustaka. Dengan berdirinya Balai Pustaka, selanjutnya banyak sastrawan Indonesia yang mempublikasikan karya mereka lewat media tersebut.Menurut Eneste (1988:10—15) mencatat bahwa pada mulanya ada tiga belas pengarang yang mempublikasikan karya mereka melalui Balai Pustaka, yaitu Abdul Muis, Marah Rusli, Nur Sutan Iskandar, Merari Siregar, Adinegoro, Muhammad Kasim, Suman Hs, Aman Datuk Majoindo, Tulis Sutan Sati, Muhammad Yamin, Rustam Effendi, Rivai Ali dan Abas Sutan Pamuncak. Ketiga belas sastrawan tersebut mempublikasikan karya mereka di Balai Pustaka sekitar tahun 1920-1930 dan dianggap sebagai Angkatan Balai Pustaka yang berupa penjelmaan dari Komisi Bacaan Rakyat dan juga merupakan angkatan pertama dari sastra Indonesia modern. Atmazaki, Hasanuddin W.S, Juita dan Emidar (1998:1)
Pada masa tersebut, perubahan yang diawali dengan berdirinya gerakan nasional Budi Utomo (1908), mengusung penggunaan sastra Melayu yang lebih beradab dan jauh dari hal-hal cabul yang marak tertulis di sastra Melayu Rendah.
Walau awalnya sastrawan pada angkatan ini didominasi oleh orang Sumatra, tapi setelah tercetusnya Sumpah Pemuda pada 1928 yang menjunjung tinggi Bahasa Indonesia, muncul sastrawan dari daerah-daerah lain seperti I Gusti Panji Tisna dari Bali dan M.R Dayoh dari Sulawesi Utara.
2.2 DEFINISI ANGKATAN PUJANGGA BARU
Angkatan Pujangga Baru disebut juga Angkatan 33, karena majalah Pujangga Baroe diterbitkan pertama kali pada 29 Juli 1933 oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, Armijin Pane, dan Sanusi Pane.Pada masa itu, Belanda sangat membatasi karangan-karangan yang ditulis oleh orang Indonesia.Karena banyak karangan yang diterbitkan  sastrawan seperti Buya Hamka, Sutan Takdir Alisyahbana dan Suman Hasibuan yang berbau politik nasionalis yang menimbulkan semangat perjuangan untuk lepas dari penjajahan Belanda.Dan akhirnya mereka secara diam-diam mendirikan sebuah partai politik dengan nama Pujangga Baroe.Karya karya mereka yang berisi pendidikan telah mampu mencerdaskan masyarakat Indonesia.(www.blogsyariah.blogspot.com, diakses 25 Oktober 2012)


2.3 PERBEDAAN BALAI PUSTAKA DAN PUJANGGA BARU
·         Segi Sejarah

Balai Pustaka : Pada 1908, Belanda mendirikan Balai Pustaka yang berfungsi sebagai penyedia bacaan bagi rakyat.Awalnya Balai Pustaka disebut dengan Commissie voor de Volkslectuur atau komisi bacaan rakyat yang sudah ada sejak 1903.
Pujangga Baru : Menurut sumber http://jasapembuatanweb.co.id/bahasa/perkembangan-berbagai-bentuk-sastra-indonesia, “ nama angkatan Pujangga Baru diambil dari sebuah nama majalah sastra yang terbit pada 1933.Majalah itu bernama majalah Pujangga Baroe.Majalah Pujangga Baroe dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, Sanusi Pane dan Armijn Pane.Keempat tokoh tersebutlah pelopor Pujangga Baroe.
·         Ciri Khas
Dalam setiap periodesasinya, sastra Indonesia memiliki masing-masing karakterisik yang menjadi ciri khas periode tersebut.Berikut penjelasan tentang ciri khas angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru.

Balai Pustaka : 1. Karya sastra pada masa ini antara lain roman, cerpen, novel, drama dan puisi yang menggantikan posisi gurindam, syair dan hikayat yang populer pada periode Pujangga Lama dan sastra Melayu Lama.

                          2. Secara populer lebih sering menggunakan bahasa Melayu Tinggi, bahasa Jawa dan Bahasa Sunda.

                          3. Menceritakan tentang masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.Seperti perjodohan, adat istiadat dan kehidupan beragama.
                         
                          4. Masih menggunakan perbandingan, pepatah dan ungkapan yang umumnya mengambil cerita dari Minangkabau, karena pada masa itu banyak pengarang yang muncul dari daerah tersebut.

                          5.  Pengarang angkatan periode Balai Pustaka antara lain : Buya Hamka, Suman Hasibuan, Marah Rusli, Muhammad Yamin, Merari Siregar dan Rustam Effendi (Bapak Soneta Indonesia).

                          6. Sebagian besar sastrawan Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20) lebih menyukai jenis puisi lama seperti pantun dan syair.Hal ini berbeda dengan golongan muda pada masa itu yang lebih menyukai puisi yang merupakan pancaran jiwa, jeritan hati dan jiwa mereka.

                          7. Puisi pada masa ini bersifat diktaktis dan paling sering dalam bentuk syair dan pantun.
                         
                          8. Karya sastra pada periode ini antara lain : Azab dan Sengsara karya Merari Siregar, Di Bawah Lindungan Kab’ah karya HAMKA ( Haji Abdul Malik Karim Amrullah), Salah Asuhan karya Abdul Muis, Apa Dayaku Karena Aku Perempuan karya Nur Sutan Iskandar dan Si Dul Anak Betawi karya Aman Datuk Majoindo

                          9. Karya sastra yang paling terkenal adalah Siti Nurbaya karangan Marah Rusli.
            (dari http://jasapembuatanweb.co.id/bahasa/perkembangan-berbagai-bentuk-sastra-indonesia, diakses 25 Oktober 2012)

Pujangga Baru : 1. Lebih dinamis, individualistis dan tidak terikat pada tradisi.

                          2. Drama pada angkatan ini bersifat romantis idealisme.
                         
                              3. Puisi pada angkatan ini bersifat nasionalisme, kebangsaan dan antikolonialisme. Tapi masih menggunakan aturan-aturan lama dalam puisi seperti jumlah baris dan jenis-jenisnya seperti terzina, quint, sektet dan septima.

                          4.Dipengaruhi angkatan 80 dari Belanda.

                          5. Genre yang paling diminati adalah puisi, roman dan esai.

                          6. Masih menggunakan bahasa yang indah-indah.

                          7.  Karya sastra pada periode ini seperti : Rindu Dendam karya J.E Tatengkeng, Buah Rindu karya Amir Hamzah, Mencari Pencuri Anak Perawan karya Suman Hasibuan dan Sukreni Gadis Bali karya I Panji Trisna.

                          8. Karya sastra yang paling terkenal adalah Layar Terkembang karangan Takdir Alisyahbana.

2.4 HASIL KARYA MASING – MASING ANGKATAN

Balai Pustaka

“Abang Hamid !” katanya.
Waktu itu kelihatan nyata oleh saya mukanya merah, Nampak sangat gembira melihat kedatangan saya.Baru sekali itu dan baru sesaat itu selama hidup saya melihat mukanya demikian, yang tak bisa saya gambarkan dan tuturkan dengan susunan kata, pendeknya wajah yang memberi saya pengharapan penuh.
“Bang Hamid !’ katanya menyambung perkataannya.
“Sudah lama benar Abang tak datang kemari, lupa Abang agaknya kepada kami!”
Gugup saya hendak menjawab; saya pintar mengarang khayal dan angan-angan, tetapi bila sampai di hadapannya saya menjadi seorang yang bodoh.
“Tidak, Zainab,” jawabku dengan gugup; “Tapi bukankah kita sama-sama kematian?”
Seketika itu mukanya kembali ditekurkannya menghadapi kakinya, tangannya berpegang ke pinggir pintu, rambutnya yang halus menutupi sebagian keningnya dan sepatah kata pun dia tak berbicara lagi.
“Zainab,” kataku pula. “Sebentar tidaklah saya pernah lupa hendak datang kemari, barangkali engkaulah  agaknya yang lupa kepadaku.”
Mendengar itu ia tambah menekur, tak berani dia rupanya mengakat mukanya lagi, dan saya pun gugup pula hendak menambah perkataan. Memang bodoh saya ini, dan pengecut! (HAMKA, 2010:34)

BUKAN BETA BIJAK BERPERI
                                            Rustam Effendi
Bukan beta bijak berperi,
Pandai menggubah madahan syair,
Buka beta budak Negeri,
Musti menurut undangan mair,

Sarat-saraf saya mungkiri,
Untai rangkaian seloka lama,
Beta buang beta singkiri,
Sebab laguku menurut sukma.

Susah sungguh saya sampaikan,
Degup-degupan di dalam kalbu.
Lembah laun lagu dengungan
Matnya digamat rasaian waktu.

Sering saya susah sesaat,
Sebab madahan tidak nan datang
Sering saya sulit menekat
Sebab terkurang lukisan mamang.

Bukan beta bijak berlagu
Dapat melemah bingkaian pantun.
Bukan beta berbuat baru,
Hanya mendengar bisik alun.

Pujangga Baru
                                      BUAH RINDU
                                                            Amir Hamzah
              Datanglah engkau wahai maut
              Lepaskan aku dari nestapa
              Engkau lagi tempatku berpaut
              Di waktu ini gelap gulita

              Kicau murai tiada merdu
              Pada beta bujang Melayu
              Himbau pungguk tiada merindu
              Dalam telingaku seperti dahulu
             
              Tuhan ayuhai mega berarak
              Yang meliputi dewangga raya
              Berhentilah tuan di atas teratak
              Anak Lengkat musyafir lata
             
              Sesaat, sekejap mata beta berpesan
              Padamu tuan aduhai awan
              Arah menatah tuan berjalan
              Di negeri manatah tuan bertahan ?

              Sampaikan rinduku pada adinda
              Bisikkan rayuan pada juita
              Liputi lututnya muda kencana
              Serupa beta memeluk dia

              Ibu, konon jauh tanah selindung
              Tempat gadis duduk berjuntai
              Bonda, hajat hati memeluk gunung
              Apatah daya tangan tak sampai

              Elang, Rajawali burung angkasa
              Turunglah tuan barang sementara
              Beta bertanya sepatah kata
              Adakah tuan melihat adinda ?

              Mega telah kusapa
              Margasatwa telah kutanya
              Maut telah kupuja
              Tetapi adinda manatah dia !

                                      KEMBANG SETENGAH JALAN
                                                                        Armijn Pane
              Mejaku hendak dihiasi
              Kembang jauh dari gunung

              Kau petik sekarangan kembang
              Jauh jalan panas hari
              Bunga layu setengah jalan


























                                               
                                               

                                                
                                                C. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
                                Dari penjelasan yang terdapat dalam bab sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwa meskipun rentang waktu antara angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru tidaklah terlalu jauh, tapi terdapat cukup banyak perbedaan yang mendasari masing-masing periode.Antara lain : pada periode Balai Pustaka cerita-ceritanya seputar masalah perkawinan, harta dan kehidupan sosial masyarakat yang terjadi pada saat itu.Mereka juga masih menggunakan bahasa perbandingan yang umum dipakai pada angkatan Pujangga Lama.Hal ini berbeda pada periode Pujangga Baru yang karangan-karangannya lebih dinamis dan bersifat persatuan dan antikolonialisme.

3.2 SARAN
                                Karena  makalah ini merupakan tugas pertama saya yang dalam pembuatannya tanpa menggunakan cara plagiarism yang pada masa SMA tidak saya mengerti perbedaannya, maka kritik dan saran yang membangun sangat saya perlukan demi perbaikan makalah ini dan kedepannya bagi saya.


           
                                               










                                                  
                                                            DAFTAR RUJUKAN

 

·         Puisi Baru. Alisjahbana. - Jakarta : Dian Rakyat, 2010. - Vol. XV.
·         Dibawah Lindungan Ka'bah. HAMKA. - Jakarta : PT.Bulan Bintang, 2010. - Vol. XXXI.
·         Ilmu Budaya Dasar (kumpulan essay manusia dan budaya). Mustopo. - Surabaya : Usaha Nasional, 1983.
·         www.jasapembuatanweb.co.id/bahasa/perkembangan-berbagai-bentuk-sastra-indonesia.html, diakses pada 25 Oktober 2012
·         www.id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia.html, diakses pada 25 Oktober 2012
·         www.komunitas-sastra.blogspot.com/2010/01/ciri-khas-puisi-indonesia.html, diakses pada 25 Oktober 2012
·         www.ebookindo.net/2012/01/stilistika-kajian-puitika-bahasa-sastra.html, diakses pada 25 Oktober 2012

No comments:

Post a Comment